Malam itu Hujan pun Turun
Oleh: Venice Rahayu
https://www.gridoto.com/read/223142783/street-manners-jangan-panik-ini-yang-harus-dilakukan-pengemudi-saat-hujan-deras-dan-angin-kencang-di-jalan-tol
“Bapak telah mengalami pendarahan di otak.” kata dokter cantik itu dengan sangat hati-hati, saat aku baru saja tiba di rumah sakit di Bandung malam itu. “Harus segera mendapatkan tindakan operasi. Kalau tidak, maka kemungkinannya … .” selanjutnya aku sudah tak bisa lagi mendengar apa yang dokter katakan. Kepalaku tiba-tiba menjadi pusing. Namun, aku masih sadar saat harus menandatangani surat persetujuan operasi. Tekadku bulat untuk memperjuangkannya kepulihan suamiku sampai titik darah penghabisan. Semua yang bisa aku lakukan, akan aku lakukan. Yang tak bisa harus menjadi bisa.
Menurut keterangan dokter, pendarahan di otak merupakan salah satu jenis stroke. Kondisi ini terjadi saat pembuluh arteri pada otak pecah. Hal ini menyebabkan jaringan otak iritasi dan bengkak. Darah akan menggenang dan menggumpal. Gumpalan ini menekan jaringan otak sehingga aliran darah di sekitanya menjadi tidak lancar.
“Tapi dari mana biayanya?” saudara laki-laki tertua suamiku menghampiriku dengan cemas. “Katanya tidak sedikit. Perawatan pasca operasi juga besar.” lanjutnya.
“Aku ada rumah dan kendaraan. Tak perlu khawatir. Tapi aku mohon dibantu untuk saat ini. Aku belum persiapan apa-apa.” kataku setengah bingung. Kakak iparku menyanggupi dan segera mengurus segala sesuatunya. Aku terkulai lemas di kursi tunggu. Berusaha tetap tenang dan sadar. Aku terus menjaga komunikasi dengan-Nya.
Namun apa yang dikatakan dokter kemudian benar-benar di luar dugaan. Operasi tidak pernah terjadi. “Kesadaran Bapak sudah sangat rendah dan area pendarahan sudah meluas.”
Kejadian yang sangat menggetarkan selanjutnya adalah saat semua alat satu per satu dilepas dari tubuhnya. Semua yang menyaksikan bertakbir. Alat terakhir dilepas di dalam ambulans. Aku pasrah. Kudoakan perjalan barunya menjadi lancar dan menyenangkan. Kudampingi tubuh kakunya dengan terus memuji nama-Nya.
“Engkau telah menyuruhnya pulang. Dan aku yakin, itu karena Engkau lebih mencintainya. Tetap dampingi aku ya, Allah. Jangan sekali pun Engkau jauh dariku. Agar aku tetap merasa kuat dan tenang.” bisikku sambil memejamkan mata. Ketenangan serta-merta merangkulku. Aku yakin Engkau sedang mendekapku erat.
***
Malam itu, hujan mengiringi perjalanan kami.
Bogor, 27 Juni 2022
Tantangan Menulis Om Jay Ke-18
Meleleh aku bun😢
BalasHapusIya ,meleleh juga ,ok 👍
BalasHapusKereen ceritanya
BalasHapus