RESUME
PELATIHAN BELAJAR MENULIS PB PGRI
Pertemuan Ke-10
Rabu, 8 Juni 2022
“Kiat Menulis Cerita Fiksi”
Bersama narasumber Sudomo, S.Pt.
“Tak ada penderitaan lebih berat daripada memendam cerita di dalam hati.”
-Maya Angelou-
Tema yang ditunggu-tunggu. Menulis fiksi tentunya sangat menarik. Di kelas VII semester ganjil ada pembelajaran “Menulis Cerita Fantasi”. Membaca karya-karya mereka dengan imajinasi yang liar sungguh sangat menakjubkan. Kita dibawa mengembara ke tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi. Kejadian-kejadian yang sungguh di luar dugaan tiba-tiba muncul dalam cerita. Penuh kejutan yang luar biasa! Kelas VII adalah masa-masa di mana imajinasi sedang bertumbuh dengan baik. Sayang jika kita lewatkan begitu saja.
Berikut contoh fiksi karya anak-anakku di kelas VII.
Save 2200
Darell Almatiinu Santoso
Kelas VII-D SMP Negeri 1 Bogor
“Duarrrrrr…!” Suara ledakan hebat terjadi di pusat pembangkit energi kota di seluruh dunia karena kesalahan pengoperasian alat. Semua pembangkit energi di seluruh dunia saling terhubung dengan teknologi jarak jauh sehingga bisa dikendalikan satu negara. Ledakan tersebut menimbulkan bencana besar di seluruh penjuru dunia. Semua akses informasi dan transportasi berhenti karena tidak ada sumber energi, kecuali 2 buah menara sebagai energi cadangan pada pusat pembangkit.
Semua ilmuwan sibuk mencari solusi dari bencana ledakan tersebut. Sementara kehidupan di luar sedang kacau, banyak penduduk yang meninggal akibat efek ledakan atau radiasi. Radiasi memungkinkan terjadi kepunahan pada manusia di dunia jika tidak diatasi. Semua ilmuwan semakin panik karena cadangan energi semangkin menipis. Bahkan banyak ilmuwan yang gugur dalam percobaan untuk mengatasi efek radiasi.
Masalah semakin pelik ketika salah satu menara pembangkit energi meledak. Orang-orang dari seluruh penjuru dunia pun mulai menampakkan keserakahannya memperebutkan satu energi cadangan. Tidak sedikit perang saudara terjadi di berbagai penjuru.
“Kita harus cepat mencari solusi untuk mengatasi efek radiasi ini, jika tidak manusia di bumi akan punah!” kata seorang ilmuwan muda, Darell, memecah keheningan konferensi antar ilmuwan.
“Tidak ada waktu, kita urus saja negara kita dulu.” timpal ilmuan yang lain.
“Kita sudah berusaha, tapi tidak ada solusi, Darell.” sahut ilmuwan yang lain. Suasana semakin tegang dan tidak ada hasil dalam konferensi tersebut.
“Akar masalah ini ada pada ketidaktahuan ilmuwan pendahulu kita tentang pantangan teknologi yang terlanjur dikembangkan, ya sudah tidak bisa dicegah.” kata seorang ilmuwan lagi.
Darell tidak puas dengan sikap pasrah ilmuwan lain. “Bagaimana jika kita kembali ke masa lalu untuk mencari tahu kelemahan teknologi ini kepada profesor pencipta?” ucap Darell.
“Hahaha kamu gila, di tengah situasi seperti ini jangan mengada-ada! Sudahlah konferensi ditutup.” Darell masih tetap berusaha meyakinkan para ilmuwan kalau dia bisa kembali ke masa lalu untuk mengatasi masalah yang ada.
“Dengarkan saya dulu, kita bisa!” teriak Darell. Namun, semua orang pergi meninggalkannya. Darell disibukkan dengan buku-buku tebal dan mesin-mesin canggih di ruangan pribadinya. Dia berusaha mewujudkan idenya untuk membuat mesin waktu. Berulang kali percobaan nya gagal, tapi dia tidak menyerah dan terus berusaha mengejar waktu.
Akhirnya, setelah ratusan kali gagal dan sempat direndahkan semua orang mesin waktu berhasil dibuat. Kemudian dia menunjukkan karyanya pada semua orang. Misi dilanjutkan untuk kembali ke tahun 2050 menemui profesor pencipta alat. Dia bertanya banyak hal kepada profesor. Sang profesor menjelaskan teknologi pembangkit energi ciptaannya secara detail termasuk pantangannya.
Misi selanjutnya adalah menjelajah waktu ke tahun 2075 untuk mengganti teknologi fusi dengan fisi. Masalah terselesaikan sehingga ledakan di tahun 2200 tidak terjadi. Kemudian teknologi mesin penjelajah waktu disempurnakan sebagai hasil karya termutakhir abad tersebut.
Sebagian lagi menulis dengan mengangkat pengalaman mereka yang dibubuhi imajinasi di sana-sini.
Karpet Ajaib
Mochammad Dava Ravael
Kelas VII-D SMP Negeri 1 Bogor
Di suatu kota besar, ada seorang anak bernama Adi. Adi adalah siswa di sebuah sekolah dasar. Dia rajin sekali dan hobi Adi adalah membaca.
Sesaat sepulang sekolah, Adi pun beranjak menuju ke rumahnya, Di tengah-tengah perjalananan dia mendengar suara ledakan “BUU... MMM” Suara itupun terdengar kencang sekali. Adi pun mendekat ke arah suara tersebut dan melihat suatu benda yang terbungkus plastik.
“Wah, benda apa itu?” ucap Adi. Adi pun segera melihat dan membuka plastik itu untuk melihat barang di dalamnya. Dan Adi pun terkejut dia melihat karpet yang lumayan besar.
“Karpet apa ini?” gumamnya. Dan Adi pun mencoba menduduki karpet itu. Dan Adi pun terkejut, seketika karpet itu bergerak sembari melayang. “Whoaaaaa…” teriak Adi sembari ketakutan. Adi pun mencoba mengendalikan karpet sihir itu tetapi tidak bisa, karpet itu terus saja melayang dengan kencang. “Huaaaa… huaaaaa… tolong….tolong1” Adi pun terus teriak meminta pertolongan. Adi pun berusaha turun dari karpet itu tetapi tidak bisa, seolah olah karpet itu menggenggam erat tubuh Adi. Dan Adi pun terus berteriak ketakutan “Aaaaaaaaa…Tolong!!!”
Dan setelah sekian lama Adi berada di karpet itu, dia pun terlepas. Dan Adi pun terbangun dari tidurnya. Adi bangun dari ranjang nya dan berkata “Ha…hah… hhaa…” Dia pun menghela napas.
“Astagfirullah… ternyata itu hanyalah mimpi.” ucap Adi sembari ketakutan.
Dan Adi pun segera mandi dan sarapan.
Gaya bahasa yang lugas dan spontan menjadi ciri khas mereka. Imajinasi yang unik. Saya mengumpulkan cerita mereka dan membawanya ke penerbit menjadi Buku Antologi Cerita Fantasi. Untuk tahun ini, saya kembali mengumpulkannya. Masih dalam proses.
Jika muridnya menulis, maka saya merasa harus juga menulis.
Maka, sungguh sangat beruntung malam ini saya bisa belajar kepada Bapak Sudomo tentang “Kiat Menulis Buku Fiksi”.
Mengapa harus menulis?
Menulis merupakan:
1. Salah satu aspek yang dinilai dalam Asesmen Kompetensi Minimum adalah Literasi Teks Fiksi.
2. Sebagai cara menemukan passion dalam bidang penulisan.
3. Sebagai upaya menyembunyikan dan menyembuhkan hati.
4. Sebagai jalan mengeksplorasi kemampuan menulis.
Bagaimana kita menulis buku fiksi?
1 | Mulai dari Diri
Pertama, ada niat untuk bisa menulis cerita fiksi. Niat adalah syarat untuk bisa terus belajar. Ide menulis bisa cari yang sedang tren. Namun, tentu saja menyesuaikan dengan apa yang disukai dan dikuasai. Dari suka akan menjadi cinta. Akhirnya tercipta komitmen menyelesaikan apa yang dimulai.
2 | Eksplorasi Konsep
Untuk dapat menulis cerita fiksi, maka kita harus paham juga konsep keilmuannya. Apa saja yang bisa kita eksplor, antara lain.
Syarat Menulis Cerita Fiksi
1. Mempelajari KBBI dan PUEBI
Berfungsi untuk meningkatkan kompetensi diri dalam swasunting setelah selesai menulis cerita fiksi.
2. Memahami dasar-dasar menulis cerita fiksi
Dasar yang kuat akan memudahkan dalam membiasakan diri menulis cerita fiksi.
3. Menjaga konsistensi menulis
Bentuk Cerita Fiksi
1. Fiksimini: Beberapa kata yang menggambarkan satu cerita
2. Flash Fiction: umlah kata khusus, misal 50 kata, 100 kata, dll.
3. Pentigraf: Cerita pendek tiga paragraf.
4. Cerpen: Jumlah kata lebih sedikit dari 7.500 kata.
5. Novelet: Jumlah kata mulai 7.500 sampai 17.500 kata.
6. Novela: Jumlah kata berkisar antara 17.500 sampai 40.000 kata.
7. Novel: Jumlah kata lebih banyak dari 40.000 kata.
Unsur Pembangun Cerita
1. Tema
Tema adalah ide pokok cerita. Adapun tema bisa menyesuaikan dengan minat, mengangkat kehidupan nyata, berimajinasi, membaca, dan mendengarkan curahan hati.
2. Premis
Premis adalah ringkasan cerita dalam satu kalimat. Unsur-unsurnya antara lain karakter, tujuan, tokoh, rintangan, dan resolusi.
3 | Ruang Kolaborasi
Pada bagian ini, kita akan mencoba berkolaborasi menulis cerita fiksi. Kalimat pembuka:
"Aku tidak mau!"
Terdengar suara memecah gelapnya malam. Sesaat setelahnya menghilang. Hanya angin memenuhi pekatnya malam. Sepertinya aku mengenali suara itu.
Secepat kilat aku bangkit dari teras, dan kudapati anakku berlari keluar rumah dengan muka pucat pasi. Untunglah saat itu kami masih bercengkrama dengan Ibu dan saudara-saudaraku di teras depan rumah. Menjelang Lebaran, kami sekeluarga biasa pulang kampung.
“Ada tokek di kamarku, Bu. Aku takut.” jelas Si Bungsu.
“Kata orang, jika mendengar suara tokek di malam hari, cepetan membaca Ayat Kursi! Konon, jika suaranya terdengar dekat, tandanya ada makhluk halus lumayan jauh. Namun, jika suaranya terdengar jauh, maka makhluk itu ada di dekat kita. Wallahualam bissawab sih.”
Waduh, adikku malah bicara yang enggak-enggak. Aku mengedipkan mataku memberi isyarat untuk diam.
“Bu, aku gak mau tidur di kamar. Tokek kan beracun. Lagi pula berbunyi terus” Si Bungsu bergidik sambil memelukku.
“Kebanyakan tokek mencari tempat yang tertutup dan hangat untuk tidur.” Jawabku mengutip perkataan guruku waktu di bangku sekolah dulu. “Besok kita semprot dengan air garam. Sekarang tidur dengan Ibu saja, ada ac di kamar Ibu. Tokek pasti gak betah.”
Bungsuku tersenyum. Tangannya masih erat memeluk pinggangku.
4 | Demonstrasi Kontekstual
Premis dari cerita di atas: Si bungsu yang takut tokek akhirnya tidur di kamarku malam ini.
Tokoh : Si Bungsu
Tantangan : takut tokek
Resolusi : tidur di kamarku
Premis akan membantu kita agar tidak keluar jalur saat mengembangkan cerita. Ibaratnya sebagai rambu-rambu utama dalam penulisan.
5 | Elaborasi Pemahaman
Beberapa hal penting yang menjadi catatan kita bersama dalam menulis sebuah cerita fiksi.
1. Alasan harus menulis cerita fiksi selain saat ini ada AKM dengan materi teks literasi fiksi, juga dengan belajar menulis cerita fiksi kita bisa menyembunyikan dan menyembuhkan luka.
2. Bentuk cerita fiksi di antaranya, yaitu fiksimini, flash fiction, pentigraf, cerpen, dan novel.
3. Unsur pembangun cerita fiksi meliputi tema, premis, penokohan, latar/setting, sudut pandang, dan alur/plot.
4. Kiat menulis fiksi yang utama adalah niat dan komitmen yang kuat untuk belajar, baca karya fiksi karya orang lain untuk menemukan berbagai gaya penulisan, ide cerita, dan teknik penulisan. Selanjutnya adalah ide dan genre cerita carilah yang disukai dan dikuasai. Berikutnya adalah membuat outline atau kerangka karangan agar cerita tidak melebar. Setelah itu adalah mulai menulis, melakukan swasunting setelah selesai menulis dan memublikasikannya.
6 | Koneksi Antar Materi
Tanda panah menunjukkan bahwa dengan memahami unsur pembangun cerita fiksi kita akan lebih siap untuk mengimplementasikan kiat menulis cerita fiksi.
7 | Aksi Nyata
Aksi nyata hasil belajar dengan cara menulis resume pertemuan malam ini. Tentu resume yang mengelaborasikan materi malam ini dengan pengalaman pribadi. Seperti resume yang pernah saya buat dalam bentuk cerita fiksi anak di blog saya http://bianglalakata.worspress.com.
Terima kasih untuk Pak Sudomo, S.Pt. dan Sigid atas ilmunya malam ini. Semoga berkah untuk kita semua. Aamiin yra.
“Kamu mendapatkan ide dari mengkhayal. Kamu mendapatkan ide dari rasa bosan. Kamu mendapat ide setiap saat. Perbedaan penulis dengan orang biasa adalah kita sadar saat kita melakukannya.”
-Neil Gaiman-
Lengkap komplit resumenya mantap Bun
BalasHapusTerima kasih, Bun🙏🏻🤗
HapusLengkap sekali resumenya
BalasHapusTerima kasih, Om Jay🙏🏻
HapusBu Vennice, resumen lengkap ... Kereeeen
BalasHapusTerima kasih, Bun.. namun dalam penulisan di blog, saya masih belajar mengejar Bunda nih🙏🏻🤗
HapusRemese yang super bagus bunda..
BalasHapusResume
HapusTerima kasih, Adekku🤗
HapusAku menghayal bagaimana caranya bunda venice bisa buat resume yg indah bingit
BalasHapusPadat isinya Mbak.. Siip
BalasHapusMantap resumenya Bu. Salam literasi 🙏
BalasHapusKetika seorang penulis hanya menunggu, maka sebenarnya ia belum menjadi dirinya sendiri.mari kita menulis cerita fiksi
BalasHapusayo kita belajar menulis cerita fiksi
BalasHapusKereen bu Veen... Resumenya memancing Imajinasi pembacanya👍👍
BalasHapus