Jumat, 01 Juli 2022

Pelatihan Belajar Menulis Ke-20

 RESUME

PELATIHAN BELAJAR MENULIS PB PGRI

Pertemuan Ke-20

Jumat, 1 Juli 2022


Menguak Dapur Penerbit Mayor

Oleh: Edi S. Mulyanta, S.Si., M.T.


Sebagai penulis, tentunya kita ingin sekali jika buku kita bisa diterbitkan oleh Penerbit Mayor dengan berbagai keunggulannya. Untuk itu, tentu saja kita harus mengetahui seluk beluk atau kriteria agar buku kita bisa diterbitkan di Penerbit Mayor tersebut.

Malam ini, pada pertemuan ke-20, narasumber kita Bapak Edi S. Mulyanta, S.SI. M.T. akan membahas materi dengan topik ”Menguak Dapur Penerbit Mayor”. Beliau merupakan Manager Penerbitan Andi Publisher. Pria lulusan S1 Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1994 dan S2 Magister Teknologi Informasi Fak. Elektro UGM Yogyakarta 2006 ini menekuni berbagai bidang kerja, diantaranya: Staff LitBang Komputer PT. Wahana Semarang 1994-2000, Staff EDP PT. Sanggar Film Semarang 1995-2001, Dosen dan Ka. Lab. Komputer STMIK Proactive Yogyakarta 2000-2001, dan masih nanyak lagi. Keren! Beliau juga menulis kurang lebih sembilan buku.


MARI MENGUAK DAPUR PENERBIT MAYOR

Bagaimana seluk-beluk penerbitan saat pandemi hingga sekarang?

Mari kita simak penjelasan dari narasumber kita langsung dari Manager Penerbitan Andi Publisher.

Saya sudah hampir 20 tahun mengelola penerbitan buku, awalnya saya adalah penulis buku mandiri yang hidupnya full dari menulis buku. Kemudian dipercaya untuk mengelola penerbitan buku di Yogyakarta. Dua tahun Pandemi sungguh merupakan masa terberat selama karier saya mengelola penerbitan buku. Tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku, karena perubahan teknologi betul-betul seperti bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia penerbitan buku di Indonesia bahkan di dunia. Ditambah serta diperparah lagi dengan pandemi Covid yang menambah luluh lantaknya industri penerbitan di Indonesia. 

Beruntungnya, sebelum pandemi, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang perbukuan yang mencoba format baru digital untuk dapat dikembangkan di dunia perbukuan Indonesia. Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Undang-undang no 3 th 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 22 yang keluar pada tahun 2022, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan. Calon penulis harus memahami hal ini, karena atmosfir dunia penerbitan perlahan-lahan akan berubah, karena posisi penulis menjadi semakin strategis dalam industri penerbitan.

Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka  ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan zaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas terbitan bukunya. Hal ini akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.

Tahun 2020-2022 merupakan masa paceklik bagi industri penerbitan, akan tetapi berbeda dengan dunia penulisan yang justru marak-maraknya. Hal ini mungkin karena aktifitas kita dibatasi, sehingga banyak yang memberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah (WFH)

Penerbit seperti kami, tidak kekurangan naskah selama pandemi, dengan angka naskah masuk yang masih stabil. Akan tetapi angka penjualan yang turun hingga 90%, dimana toko buku sebagai outlet utama kami banyak yang tutup. Sekolah dan kampus sebagai sumber pendapatan kami juga melakukan proses belajar mengajar secara daring. Produksi buku reguler sempat terhenti, sehingga banyak penulis yang mempertanyakan masa depan penerbitan di Indonesia secara umum. 

Tidak semua tema buku, ternyata bisa digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya. Titik balik (rebound)  pasar buku yang lesu tampaknya sudah mulai terasa mulai awal tahun 2022 ini, sehingga beberapa penerbit yang terlanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten memertahankan produksi bukunya.

Data-data pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasar. Nah para penerbit saat ini sedang gencar untuk tetap mempertahankan lini bisnis, yang memang telah teruji oleh perubahan jaman. Hal ini memang membutuhkan dana yang luar biasa besa untuk mencoba menggali lebih dalam pasar-pasar buku yang tidak tergoyahkan dengan perkembangan teknologi yang begitu gencar. Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi bakar uang, nah di penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tema yang masih tetap baik di pasar.


Tema apa sekiranya yang menarik saat ini?

Tema yang menjadi primadona ke depan adalah berkaitan dengan kurikulum baru Merdeka Belajar.

Bagi yang mempunyai pengalaman tentang hal ini, bisa dicoba ditawarkan ke penerbit. Peluang untuk terbit cukup menarik dengan tema kurikulum yang baru. Penerbit-penerbit mayor mempunyai idealisme masing-masing, sehingga perlu bapak-ibu perhitungkan jika mengusulkan usulan buku ke penerbit-penerbit tersebut.


Fenomena apa yang sedang muncul di dunia penerbitan?

Toko buku saat ini sudah mulai kembali menggeliat, peluang terbit di lini toko buku memang cukup berbeda dengan lini sekolah maupun kampus. Tema buku yang menjadi andalan toko buku saat ini adalah tema buku nonteks, seperti:  buku Anak, Buku Motivasi  dan Agama, Fiksi, hingga buku Masak yang masih nangkrin di 10 besar data buku terlaris di setiap toko buku di Indonesia.

Yang menjadi permasalahan klise di dunia penerbitan adalah masalah modal beserta pembiayaan produksi buku yang cukup besar nulainya dalam sebuah proyek terbitan satu judul buku.

Konsep dasar pembiayaan dalam penerbitan buku, adalah penerbitnya yang membiayai. Nah karena banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit akhirnya tidak dapat terbit. Karena banyaknya buku yang ditolak penerbit, akhirnya penerbit memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penulisnya sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana Sekolah dll.

Skema penerbitan Indi, sempat marak saat pandemi, dengan pembiayaan dari penulis akhirnya sebuah naskah dapat diterbitkan. Maraknya penerbitan indi ini ternyata memicu permasalahan yang lain yang belum pernah terjadi selama saya berkarier di dunia penerbitan yaitu menjadi langkanya nomor ISBN di perpustakaan nasional.

Geger ISBN pun menjadikan permasalah literasi di Indonesia menjadi sorotan dunia. Begitu besar semangat untuk menulis di Indonesia menjadikan nomor ISBN pun tidak kuasa menerima energinya. Apakah benar begitu? Ternyata ada anomali yang tidak wajar terjadi di dunia perbukuan di Indonesia. Wadah ISBN yang biasanya tersedia dengan mudah untuk mendapatkannya, saat ini menjadi nomor mewah yang cukup sulit untuk mendapatkannya. Mengapa bisa demikian, hal ini karena dipicunya keinginan menulis buku hanya untuk mengejar angka kredit semata, tidak memikirkan apakah tulisan tersebut disebarluaskan ke masyarakat seperti amanat undang-undang perbukuan 2017.


Apakah manfaat ISBN?  

Pemicu kelangkaan ISBN adalah nomor 5 tersebut, pada dasarnya bukan karena kesalahan ekosistem penerbitan. Saat ini konsep penerbitan buku oleh pemerintah dicoba untuk kembali sesuai dengan Undang-undang perbukuan 2017, dimana terbitan buku harus tersebar luas di masyarakat.

Perpustakaan nasional akhirnya memberikan kebijakan baru untuk membuat subnomor untuk menghemat ISBN yang telah dijatah oleh ISBN Internasional.

Ini adalah struktur utama ISBN, pada publication element menunjukkan jumlah produksi buku yang telah diterbitkan untuk mengetahu jumlah rata-rata produksi buku sebuah penerbit. Dengan kebijakan ini, semangat menulis bapak-ibu masih tetap terjaga. Buku adalah sumber ilmu, yang memang harus disebarluaskan ke masyarakat untuk meningkatkan literasi di segala bidang.


Bagaimana  aturan pemerintah yang paling baru tentang penerbitan sebuah buku?


Buku apa saja denga omzet terbesar?

Buku dengan Omzet terbesar adalah buku teks pelajaran utama, karena pasarnya sangat besar seluruh sekolah di Indonesia. Buku ini melalui proses seleksi dari pemerintah yang cukup ketat. Semua penerbit mempunyai peluang yang sama, akan tetapi penerbit yang misi dan visinya di buku pelajaran biasanya yang lebih siap.

Buku teks pendamping atau modul biasanya mempunya pasar yang lebih kecil, akan tetapi sangat fleksibel pola pemasarannya. Tidak mustahil buku ini juga mempunyai omzet yang cukup besar juga disalurkan di proyek-proyek pemerintah.

Buku umum pasarnya paling kecil, karena outlet utama adalah di toko buku baik toko buku modern maupun tradisional.


Bagaimana saluran pemasaran di penerbit mayor?

Penerbit mayor mempunya saluran pemasaran yang cukup banyak, atau disebut omni channel marketing sehingga selama pandemi bisa berkelit di saat yang sulit.

Kesempatan untuk calon penulis dapat mencoba menawarkan semua tipe tulisan supaya peluang terbitnya menjadi lebih besar. Saat ini pasar buku sudah mulai bangkit lagi, akan tetapi produksi buku sudah terlanjur melambat. Sehingga bulan-bulan ke depan, jumlah judul buku yang beredar di Indonesia akan mengalami penurunan akibat 2,5 tahun pandemi.

Ini kesempatan bagi parapenulis untuk tetap semangat menulis karena pasar buku masih cukup menarik mengingat buku fisik masih menjadi andalan utama penerbit dalam mencari peruntungannya.


KESIMPULAN

Penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.


SESI TANYA JAWAB

P1: Tanya (Dek Yandri)

Untuk lolos di penerbit mayor apalagi penulis pemula yang nama nya tidak familiar sama sekali tentu butuh usaha ekstra agar bisa lolos di penerbit mayor. 

Sebagai pemula tentu yang dikejar pertama itu penerbit indie. Pertanyaannya: 

  1. Apa boleh, misal kita menerbitkan buku solo lewat penerbit indie.. Trus nanti pengen buku kita ada di penerbit andi, atau gramedia yang notabane nya mayor. Apakah bisa itu pak?
  2. Untuk lolos di penerbit mayor (penerbit andi) misal yandri pengen nulis  berupa novel, nah untuk kriteria novel yang lolos di penerbit andi itu yang bagaimana pak? Apa genre nya humor, romansa, magic, horor dan lainnya pak.
  3. Apakah ada penulis pemula yang lolos dipenerbit andi tanpa menggandeng penulis senior Pak?

Jawab

  1. Pada dasarnya sebuah terbitan hanya boleh di dalam satu penerbit saja. Karena hak cipta ada di penulis, maka penulis dapat menerbitkan edisi  selanjutnya ke penerbit lain dengan mencabut hak terbit penerbit pertama disebut pula mengalihkan hak terbit.
  2. Novel adalah genre yang laku di toko buku dan proyek pemerintah. Nah novel yang bisa lolos di penerbit memang harus mempunyai tema yang kuat, ada unsur pendidikan, lokalitas daerah juga menarik bu. Sebagai contoh Laskar Pelangi itu mengangkat lokalitas daerah. Negeri Lima Menara mengangkat dunia pesantren. dll. Genre Humor - contohnya tulisan-tulisan Raditya Dika, masih cukup menarik, hanya perlu riset untuk menentukan tema baru apa untuk generasi digital saat ini.
  3. Penulis pemula mempunyai peluang yang besar untuk terbit jika memang unik materinya.

Untuk menulis solo memang butuh perjuangan yang lebih berat. Untuk mengatasi nama yang belum dikenal, bapak ibu bisa meminta kata pengantar, atao comment untuk mendongkrak  pasar. Tentu comment dan kata pengantar dari penulis senior, tokoh masyarakat, artis atau orang yang dianggap ahli.


P2:  Tanya (Pak Asep)

Bagaimana prosesnya daftar cetak buku dan pembiayaan bagaimana dan benefitnya apa?

Jawab

Ada dua konsep yang berbeda, yang perlu bapak ibu ketahui dalam memproduksi buku. Mencetak buku atau menerbitkan buku, keduanyaa mempunyai arti yang berbeda sekali.

  1. Mencetak buku, hanya akan memproduksi buku saja tanpa proses editing, setting, dan desain cover. Karena hal ini dilakukan oleh penulis sendiri.
  2. Menerbitkan buku, artinya menyerahkan naskah untuk diproses menjadi buku. Ada proses editing, setting perwajahan buku dalam, perwajahan buku luar (cover) dan back cover

Untuk naskah reguler, pembiayaan dilakukan oleh penerbitnya, dengan terlebih dahulu melakukan kajian bisnis sebuah buku apakah menguntungkan atau tidak.


P3 Tanya (Bu Elmi)

Pertanyaannya:

  1. Apa syarat utama naskah dapat diterima oleh penerbit mayor.
  2. Setiap penerbit tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Yang saya tanyakan apa kekurangan dari penerbit mayor. 
  3. Apa trik yang harus dilakukan oleh penulis pemula agar  naskah dapat deal dengan cepat pada penerbit mayor.
  4. Kira-kira berapa target penerbitan naskah pada setiap bulan/tahunnya pada penerbit mayor.
  5. Kira-kira saat ini apa tema-tema yang akan diterbitkan oleh penerbit mayor. Tentu saja orang dapur pasti tau dong pak. Boleh kan kami dikasih rahasianya sedikit 🙏

Jawab

  1. Syarat utama adalah otentik, mengikuti kaidah buku ajar (untuk buku pelajaran), mengikuti trend ( dapat ditelusur google trend https://trends.google.com/trends/?geo=ID)
  2. Kekurangan penerbit mayor adalah jumlah judul, jumlah produksinya yang besar, serta saluran pemasaran yang beragam sehingga proses cukup lama dan rumit.
  3. Naskah harus berani diusulkan ke penerbit, gandeng penulis-penulis senior yang ada di group ini. Sudah 25 angkatan, sehingga tidak ada salahnya bapak ibu bersilaturahmi dengan teman-teman angkatan sebelumnya. Tulislah buku berbarengan dengan tema yang menarik, seperti kurikulum baru, merdeka belajar, pelajar Pancasila, Pengembangan Soft Skill untuk anak didik kita. Buku-buku pengayaan dan hard skill juga masih berpeluang untuk di ulik. Buku yang trend nya tidak surut adalah buku Fiksi (novel) dan buku anaik.
  4. Target terbitan penerbit ANDI adalah 500 judul per tahunnya
  5. Buku tema Anak sangat menarik untuk diterbitkan, sayang pembuatannya rumit dan membutuhkan kemampuan illustrasi yang banyak. Berani menulis Fiksi dengan muatan lokal, sayang tidak semua penulis piawai merangkai kata-kata fiktif dalam sebuah cerita. Buku Pelajaran baik Utama maupun Pendaping, kelemahannya penulis pesaing sudah banyak sehingga kans terbit sangat ketat persaingannya.


P4:  Tanya (Bu Rumiati)

Setelah membaca penjelasan Bapak tentang dunia Perbukuan dan percetakan pada masa Pandemi, Saya selaku guru yang tidak secara langsung juga membutuhkan buku pelajaran maupun buku pendamping untuk mengajar turut merasakan betapa sulitnya mengajar tanpa tatap muka dengan siswa yang biasanya mereka memiliki  buku pegangan yang diterbitkan oleh penerbit tertentu. Pertanyaan saya:

  1. Apa yang dilakukan oleh para penulis buku, percetakan/penerbit buku serta pemasaran buku pada masa sulit tersebut? 
  2. Jika pihak percetakan beralih ke media digital, apakah proses pemasarannya sama dengan pemasaran buku cetak?
  3. Bagaimana nasib buku yang di cetak tanpa mendapatkan ISBN?
  4. Apakah ada pengganti ISBN agar karya kita diakui? 

Jawab

  1. Penerbit mengalihkan jualannya ke jualan online, sehingga banyak market place yang kami gunakan untuk menyalurkan produksi buku yang sudah tercetak. Saluran pemerintah masih cukup kuat untuk menopang cash flow penerbit. Tentunya penerbit yang mempunyai modal judul buku yang banyak, lebih mudah bertahan. Kami mempunyai sekitar 50rb judul terbit sehingga lebih leluasa memilih atau meramu judul buku untuk proyek pemerintah.
  2. Pemasaran buku digital sangat berbeda dengan buku fisik. Contohnya di www.pbuandi.com ini adalah model katalog sederhana pemasaran buku digital. Sayang masih banyak pembaca yang belum familiar dengan transaksi buku digital. Silakan kunjungi di katalog buku-buku pelajaran kami di http://bukudigital.my.id/
  3. Buku yang tidak mempunyai ISBN memang akan mendapatkan angka kredit yang kecil. Tentu hal ini merugikan penulis yang bertujuan untuk mendapatkan jenjang akademik dari menulis buku
  4. Ada nomor pengganti isbn yang disebut dengan GGKEY yang dikeluarkan oleh Google, sayang nomor ini belum diakui untuk mendongkrak angka kredit. GGKEY hanya berurusan dengan identifikasi buku yang akan dijual menggunakan platform GOOGLE.

P5:  Tanya (Bapa Sim Chung Wei) 
  1. Apakah setiap penerbit melaporkan  deskripsi buku ke ISBN pusat? Maksudnya secara internasional. 
  2. Berapa lama  proses penomoran ISBN? 
  3. Jika kita mengajukan satu naskah ke beberapa penerbit mayor,  mungkinkan satu buku yg sama terbit di lebih dari 1 penerbit?
Jawab
  1. Betul bapak, ISBN buku kita selalu dilaporkan secara internasional sehingga terpantau oleh pusat ISBN di Inggris. Tidak adan sebuah buku yang sama ISBN nya. . karena nomornya unik seperti sidik jari atau IP Addres internet.. kelemahannya yaitu bisa habis jatah nomornya.
  2. Proses standar Perputakaan Nasional adalah 3 hari kerja, pada praktiknya bisa lebih cepat dari standar tersebut, terkadang bisa lama untuk penerbit-penerbit minor atau indi karena ada beberapa persyaratan penyebarluasan yang harus diikuti.
  3. Tidak mungkin pak, karena saat pengajuan ISBN akan terdeteksi jika terjadi duplikasi judul. Salah satu akan gugur, biasanya pengajuan yang terakhir akan digugurkan

Pertanyaan-pertanyaan berikutnya telah disampaikan sebelumnya, jadi saya akhiri resume pertemuan ke-20 ini dengan hamdalah, alhamdulillahi rabbil aalamiin.

Selesai sudah pelatihan kita malam iini. Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan. Terima kasih kepada Om Jay, Pak Edi, Ibu Rosminiyati, dan saudara-saudaraku sekalian atas share ilmunya. Semoga Allah SWT memberkahi kita semua. Aamiin yra.


6 komentar:

Kidung Cinta 31

 Cinta Kedua Oleh:  Venice Rahayu https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220216092135-37-315720/kacau-penduduk-20-negara-ini-kecanduan-smartph...