Sebuah Dialog
Oleh: Venice Rahayu
Aku bertemu dengan seorang lelaki dengan peci putih dan buku di tangan.
Di hadapannya tiga muridnya menunduk takzim.
Dari Miqdam bin Ma’di Yakrib radhiallahu’anku. Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya Allah berwasiat 3 kali kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian. Sesugguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian.
Sesugguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat dan dekat..
(Hadist riwayat Ibnu Majah)
Adakah di antara kalian yang mencintai Ibu?
Murid pertama:
Sejak lahir yang kutatap adalah wajah Ibu
Saat lapar yang kupandangi wajah Ibu
Saat tidur yang kucari wajah Ibu
Saat ingin belajar akan kukejar Ibu
Bagaimana aku bisa jauh darinya?
Murid kedua:
Aku telah merampas kecantikan Ibu
Ibu telah merelakan rahimnya untuk tempatku berlndung
Aku telah merenggut kesenangan Ibu
Ibu telah mengabiskan waktunya untuk merawatku
Bagaimana aku tidak mencintainya?
Murid ketiga:
Aku makhluk kecil yang lamban
Aku hampir akan menyerah
Namun cinta itu membuatku tetap hidup
Ibu… (sejenak dia berpikir, terlalu banyak kata yang ingin diucapkannya)
Ibuku adalah perawat
Ibuku adalah guru
Ibuku adalah bodyguard
Ibuku adalah chef
Ibuku adalah binatu
Ibuku adalah sopir pribadi
Ibuku adalah manager
Ibuku adalah akuntan
Ibuku adalah lautan doa
Ibu adalah … (napasnya tersengal, air matanya terlanjur tumpah membasahi sarungnya)
Tak sanggup aku menghitungnya, Ustadz.. (tersedu)
Ibuku manusia super hebat di mana pun berada
Ibuku adalah pahlawanku yang sesungguhnya
Karena perjuangannya, aku bisa hidup hingga hari ini
Hening merayapi senja yang syahdu
Sore itu, banyak kisah yang mereka perbincangkan tentang Ibu
Dan di luar majlis, Ibu-mereka telah menunggu dengan payung di tangan
“Sebentar lagi hujan turun. Aku takut anakku kehujanan.”
Bogor, 30 Juni 2022
Tantangan menulis Om Jay hari ke-21
ibu kandung yang mengerti kita ya bu
BalasHapusBetul sekali, Pak..
Hapus