Di Saat Malam Penuh Takbir
Oleh: Venice Rahayu
https://id.pngtree.com/freepng/woman-muslim-characters-play-handphone_6335670.html
Detak jam terasa sangat lamban. Aku terbenam dalam selimut yang kadang kutarik sampai leher, kadang pula kutendang dengan ujung jari kakiku karena kegerahan. Sementara senandung takbir masih mengalun merdu dari masjid-masjid terdekat rumahku. Bersahut-sahutan.
Kepalaku yang terasa sakit, memaksaku kembali memejamkan mata. Namun, sia-sia. Mimpi itu terasa begitu nyata. Bayangan Bapak tak mampu menghilang dari pelupuk mataku. Maka, kusibak selimutku dan turun perlahan dari ranjang. Kupastikan tak menimbulkan suara sekecil apa pun.
Perutku terasa sedikit lapar. Kuberingsut ke dapur. Segelas susu hangat dapat membuat perut lebih kenyang di samping ampuh membantu tidur nyenyak. Jam menunjukkan pukul satu dini hari.
Alih-alih kembali ke kamar, aku malah tertarik untuk membuka gawai sambil menunggu susu menjadi hangat. Masih terlalu panas untuk langsung kuminum. Kuikuti takbir dengan perasaan yang mengharu biru. Mamah, maaf aku tidak pulang Lebaran Haji tahun ini.
Begitu saja terlintas dalam benakku untuk menceritakan mimpiku ini melalui voice note. Biarlah besok pagi Mamah dapat langsung mendengarkannya. Kusandarkan punggung di sofa ruang tamu, mencari posisi paling rileks untuk memulai merangkai kata demi kata.
***
Assalamualaikum. Sehat-sehat terus ya, Mah.
Mah, aku bertemu Bapak dalam mimpiku malam ini. Bapak membangunkanku. Mimpi itu seperti nyata. Bapak menggoyang-goyangkan kakiku, dan memanggil-manggil namaku pelan. Seperti kebiasaannya saat membangunkanku untuk shalat malam. Bapak mengenakan koko putih kesayangannya dengan sarung kotak coklat dan peci hitam beludru. Wajahnya bersih dan matanya bening.
Kulihat jam, ternyata masih pukul satu dini hari. Masih terlalu pagi Bapak membangunkanku. Biasanya pukul dua. Bapak terlalu bersemangat ya, Mah.
Mamah masih ingat kan, aku biasa shalat di samping Bapak. Tapi aku sering ketiduran setelahnya. Bangun-bangun saat mendengar adzan Subuh. Nah, ini saat paling menyenangkan. Mamah pasti sudah menyediakan sarapan. Harumnya menyeruak memenuhi setiap sela ruangan rumah kita. Wangi bawang putih dan bawang merah yang digoreng menggelitik hidung adik-adik yang masih tidur. Kita duduk berenam mengelilingi meja makan. Mamah selalu duduk di sebelah kanan Bapak dan sibuk melayani Bapak. Bapak kerap memuji masakan Mamah. Bapak selalu makan di rumah. Di luar katanya gak ada yang seenak masakan Mamah.
Hal lainnya yang masih jelas di ingatanku, yakni saat Mamah menyediakan baju seragam Bapak. Hasil setrikaan Mamah selalu yang paling rapi. Bapak nampak gagah dengan seragam biru telor asin dan celana biru tua khas TNI Angkatan Udara. Mamah juga mengatur wing yang bertengger di dada Bapak agar tidak miring. Sepatu Bapak juga sudah mengkilap setelah sebelumnya Mamah gosok dengan cairan khusus. Kini Bapak siap untuk berangkat. Mamah mengantarnya sampai teras. Itu pemandangan yang biasa kusaksikan setiap pagi. Aku rindu masa-masa itu.
Mah, di usiaku yang juga kini sudah setengah abad, aku ingin meniru banyak hal dari Mamah. Terutama soal ketelatenan Mamah dalam melayani Bapak. Mamah bukan jenis ibu rumah tangga yang senang menghambur-hamburkan uang suami untuk shopping ataupun kesenangan sendiri. Mamah pandai menabung. Saat Bapak kesulitan finansial, mamah siap dengan solusi. Aku tahu sekarang, Mah. Mengapa Bapak selalu tampak sehat dan bahagia sampai tua. Karena Mamah sudah mendampinginya dengan sangat baik. Membantu segala yang Bapak butuhkan. Ternyata itu tidak mudah ya, Mah.
Mah, ajari aku bersolek juga ya. Aku iri, Mamah selalu tampil cantik di usia tua. Dari muda Mamah memang paling getol dandan dan berolah raga. Mama kerap memakai seragam khusus untuk senam di rumah dr. Hadis. Mamah juga les kecantikan, les menjahit, les memasak. Aku sekarang sibuk mengajar, Mah. Apa yang biasa Mamah lakukan tak mampu aku lakukan. Mamah hebat.
Mah, kita doakan semoga Bapak bahagia di sana. Dan aku berharap Mamah pun selalu bahagia. Terima kasih sudah menginspirasi hidupku. Mamah dan Bapak pasangan hebat yang menjadi teladan bagiku dalam mengarungi samudera luas kehidupan ini. Selamat beristirahat.
Selamat merayakan Hari Raya Idul Adha. Mohon maaf lahir batin.
***
Penggalan-penggalan voice note telah kukirim. Susu telah habis kuminum. Waktu menunjukkan pukul dua. Saat kantuk menyerang, kuputuskan untuk tidak tidur. Aku bergegas mengambil wudu.
TAMAT
Bogor, 9 Juli 2022
Tantangan Menulis Om Jay Hari Ke-30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar