Sabtu, 02 Juli 2022

Kidung Cinta 23

 Grebek Rumah

Oleh:  Venice Rahayu

    Aku punya grup bernama “Grebek Rumah”. Sebetulnya ini adalah grup silaturohim. Demi keseruan saja akhirnya dibuat grebekan, yang menurut kami artinya acara kunjungan rame-rame secara dadakan. Selain untuk seru-seruan, juga agar tidak merepotkan yang punya rumah. Pelaksanaannya setiap hari Sabtu. Namun ini khusus guru perempuan. 

    “Masa kita tidak tahu rumah kawan kita sendiri. Kan gak lucu.” demikian Bu Nurlela beralasan. “Lagian kalau gak gini, susah kita cari waktu. Rencana-rencana mulu, gak pernah ada yang kelar.” Iya juga sih.

    Hari ini, target telah ditentukan. Peserta grebek sudah mengisi list. Titik kumpul sudah ditetapkan. Ada dua rumah sekaligus untuk petualangan seru hari ini. Semuanya ada di wilayah yang sama. 

    Tapi apa yang terjadi, sungguh di luar dugaan. Ternyata aku masuk target pertama!. Pukul 09.00 pagi semuanya sudah nongol di depan pintu. Suaranya riuh. Benar-benar tak menyangka. Aku diundang untuk grebek rumah Bu Dewi dan Bu Yati hari ini. Tapi nanti pukul 10.00. Oh…, rupanya target pertamanya justru aku. Wah…! Aku kelimpungan harus bagaimana. Jadi, begini rasanya digrebek. Seruuuu!

    Enak gak enak. Malu karena tak sempat menyiapkan apa-apa di rumah. Untung nasi dan lauknya sudah matang. Cukuplah untuk sepuluh orang. Kriuk-kriuk juga masih ada di toples. Ditambah camilan seadanya di warung. Maka, ngobrolah kami ngalor ngidul sambil menikmati hidangan seadanya. Mereka pun membawa tentengan untuk dinikmati bersama. 

    Tepat pukul 10.00 kami siap-siap menuju titik kumpul di Posyandu depan rumahku untuk menggrebek rumah Bu Dewi. Ah, ya aku telat memahami mengapa titik kumpulnya harus di sana. Baru kumengerti sekarang. 

    Bersepuluh kami menunpang kendaraan teman. Lima orang naik mobil dan lima orang lagi naik motor. Berhubung motor hanya ada dua, maka ada yang bertiga. 

    “Aku yang bertiga!” 

    “Aku yang bertiga!”

    Oalah, malah rebutan ingin boncengan bertiga. Sakit perut aku menahan tawa. Komplek rumah kami memang tak terlalu jauh. Jadi amanlah. Sementara aku dibonceng kawanku yang lain.

    Keliling-keliling komplek, nanya-nanya ke beberapa orang yang ada di sana, namun tak ada satu pun yang tahu rumah Bu Dewi. Alamat komplek perumahannya sudah benar. Bloknya juga sudah benar. Tapi mengapa tak ada yang tahu rumahnya. Sampai pukul 11.00 siang, rumahnya belum juga ditemukan. Telepon selulernya tidak bisa dihubungi. 

    Hampir saja kita putus asa dan hendak langsung ke target berikutnya ketika aku tiba-tiba penasaran dengan rumah di ujung yang berpagar besi motif kayu. Bu Dewi pernah cerita tentang rumah barunya padaku waktu itu. Kulihat di sekelilingnya banyak rumah yang masih dibangun. Blok ini merupakan blok terbaru. 

    Dari luar pagar, aku melihat seorang ibu sedang menjemur pakaian di garasi rumahnya dengan seorang anak kecil. Ah, benar. Itu seperti Bu Dewi. Maka, kuucapkan salam sambil berjinjit di pagar agar terlihat jelas oleh yang punya rumah. Sesaat kemudian, hati pun lega. Akhirnya. Pasukan segera menghambur ke dalam rumah. Semuanya rebutan rebahan di lantai.

    “Kalau di sini aku biasa dipanggil Bu Bayu. Atau Bu Sari.” kata Bu Dewi yang masih terlihat gugup dengan kedatangan kami. Untung ada tukang bakso lewat, dan selamatlah Bu Dewi. Dipesannya minuman online. 

    Sebentar saja lelah menghampiri, karena kemudian kami sudah tertawa-tawa  menceritakaan pengendara motor bertiga. Bu Nurlela, Si Ketua yang lucu. Beruntung sekali dianugrahi Allah kawan-kawan yang baik. Semoga kami tetap menjadi saudara yang saling mencintai sampai ke jannah-Nya. Aamiin yaa rabbal aalamiin.

***


Bogor, 2 Juli 2022

Tantangan Menulis Om Jay Ke-23


4 komentar:

Kidung Cinta 31

 Cinta Kedua Oleh:  Venice Rahayu https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220216092135-37-315720/kacau-penduduk-20-negara-ini-kecanduan-smartph...